INTEGRITAS
“Dan (ingatlah) ketika berangkat pagi hari, kau tinggalkan
keluargamu mengantarkan orang mukmin ke pos-pos pertempuran. Allah Maha
Mendengar, Maha Mengetahui.”
QS Ali ‘Imran (Keluarga ‘Imran) 3:121
Saya teringat Garuda Sugardo, Direktur Teknik dan Rekayasa
Telkomsel, di saat perusahaan tersebut mulai membangun jaringan telekomunikasi
GSM. Pembangunannya diawali dari provinsi Bali, sebelum masuk ke Jakarta dan
kota-kota besar lainnya. Saya menamakannya “serangan Mao Tse Tung”, mengepung
dari desa, sebelum menggempur pesaingnya yang telah lebih dulu menguasai bisnis
GSM di kota Jakarta.
Masih jelas dalam ingatan saya, saat menemaninya, ia bekerja
sampai jam satu malam untuk memeriksa coverage bersama dengan para staf
setianya yang sangat militan. Ini sering dilakukannya bersama timnya yang
solid. Ketika itu, saya sempat berbincang dengan salah seorang kepercayaannya,
Rif’an. Saya bertanya, “Berapa kamu digaji hingga mau bekerja seperti ini?”
Rif’an menjawab, “Saya tidak digaji sepeser pun selama tiga bulan ini.” Saat
itu, Telkomsel memang baru saja berdiri, tetapi keberadaan mereka langsung
menggebrak Tanah Air. Dengan tetap didukung karyawannya yang rela berkorban,
akhirnya Telkomsel mampu membuktikan konsistensi perjuangannya dengan brand
yang melekat di hati masyarakat dan menjadi yang terbesar di Indonesia.
Ketika sedang berada di ruang Kandatel (Kantor Daerah
Telekomunikasi) Denpasar, saya mengajukan pertanyaan kepada Garuda, “Mengapa
Anda tidak bekerja saja di perusahaan GSM lain yang menawarkan gaji satu milyar
rupiah?
” Saya tahu ada yang menawarkan gaji sebesar itu kepadanya. Garuda
menjawab, “Saya berada di sini karena tradisi perjuangan Telkomsel.”
Subhanallah, hanya itu yang mampu saya ungkap dari hati kecil saya. Saya akui
mereka semua memang sangat militan, dan hal itulah yang membuat pesaing menjadi
gentar. Sebuah contoh “emotional comitment”.
Dalam waktu singkat, Telkomsel menjadi perusahaan GSM dengan
jangkauan terluas di Indonesia.
Mereka bekerja sungguh-sungguh layaknya mengerjakan sebuah
tugas suci, dan bekerja dengan hati mereka. Inilah contoh integritas, bekerja
secara total, sepenuh hati dan dengan semangat tinggi.
Seseorang yang didorong oleh kebutuhan meraih prestasi,
selalu mencari jalan untuk menemukan sukses mereka. Bagi kebanyakan orang,
mungkin sukses yang dimaksud adalah uang, namun untuk peraih sukses seperti di
atas, uang bagi mereka tidaklah begitu penting dibanding pencapaian hasil kerja
mereka. “Uang bukan yang utama bagi saya. Itu hanya cara untuk mengingat dan
mencatat keberhasilan. Yang lain menyebutnya sebagai buku rapor,” kata seorang
entrepreneur asal California. 2
“Sebab, sungguh, bersama kesukaran ada keringanan. Sungguh,
bersama kesukaran ada keringanan. Karena itu, selesai (tugasmu), teruslah rajin
bekerja. Kepada Tuhanmu tujukan permohonan.”
QS Alam Nasyrah (Bukankah Telah Kami Lapangkan) 94:5-8