Inilah contoh berpikir melingkar
itu—seperti Topi dengan 99 sifat (bagian) yang melingkarinya (99 Thinking Hat).
Satu contoh lagi, pada 1994 salah
seorang sahabat saya, sebut saja Agus, menjabat sebagai General Manager sebuah
perusahaan radio panggil multi-nasional. Suatu hari, seorang pelanggan di Medan
(posisinya penting dan sangat berpengaruh di lembaga keamanan nasional) merasa
kecewa dan marah karena sebuah rahasia pribadinya telah dibocorkan oleh salah
seorang operator radio panggil perusahaan tersebut. Sang pelanggan dari Medan
tadi menuntut dengan memberi dua alternatif pada perusahaan: menutup kantor
radio panggil tersebut, atau memecat si operator bermasalah.
Kepala cabang wilayah Medan tidak
bisa menangani masalah itu karena begitu keras dan seriusnya ancaman tersebut.
Kemudian, sang kepala cabang menghubungi Agus di kantor pusat Jakarta, dan
memintanya untuk segera ke Medan. Agus harus menimbang tiga faktor secara
bersamaan. Pertama, ia harus menyelamatkan perusahaan. Kedua, ia harus mampu menenangkan
sang pelanggan. Ketiga, ia juga harus memperhatikan masa depan operator
bermasalah itu.
Keputusan yang diambil Agus
kemudian, sang operator harus menjelaskan duduk permasalahan kepada sang
pelanggan dengan sebenar-benarnya, sekaligus memohon maaf kepadanya. Kemudian,
akibat kesalahan si operator, Agus memintanya untuk undur diri dari perusahaan.
Agus mengeluarkan surat pemberhentian kerja yang ditandatangani oleh operator
tersebut dan dirinya selaku General Manager. Namun, ia masih memberi kesempatan
kepada si operator untuk bekerja kembali pada perusahaan, dengan syarat, ia
harus menemui sang pelanggan untuk meminta maaf, dan mendapatkan tanda tangan
darinya. Tak lupa, Agus mengajarkan si operator untuk berani dan menjunjung
tinggi kesantunan dalam meminta maaf, serta bertanggung jawab atas kesalahan
yang diperbuatnya.
Selanjutnya, sang operator
menemui sang pelanggan. Ketika bertemu, ia langsung menjelaskan bahwa ialah
yang bersalah telah membocorkan rahasia tersebut secara tidak sengaja, kemudian
ia pun memohon maaf. Sang pelanggan langsung menampar wajah sang operator,
namun ia berusaha tetap diam dan menunduk (sesuai anjuran sang General
Manager). Sang pelanggan melampiaskan amarahnya dengan kata-kata kasar, dan itu
berlangsung hampir satu jam.
Setelah sang pelanggan puas
melampiaskan seluruh uneg-unegnya, si operator yang sedari tadi diam, berkata
“Saya minta maaf atas segala kesalahan saya. Sekarang saya sudah diberhentikan
dari perusahaan tempat saya bekerja, tempat saya mencari nafkah untuk anak dan
istri saya.”
Senyap sesaat. Sang pelanggan
tampak diam dan reda amarahnya.
“Pak, sekarang saya sudah meminta
maaf dan mengakui semua kesalahan saya. Saya pun sudah kehilangan pekerjaan
sesuai dengan permintaan Bapak. Namun saya amat membutuhkan pekerjaan itu untuk
menghidupi keluarga saya. Maafkanlah saya! Mohon dengan segala hormat, kiranya
Bapak bersedia menandatangani surat yang saya bawa ini, bahwa Bapak telah
memaafkan saya.”
Sang pelanggan diam sejenak,
menatap si operator, kemudian berkata “Sini saya tanda tangani!”
Keesokan harinya, si operator
langsung melapor kepada sang bos, sambil memperlihatkan surat yang sudah
ditandatangani oleh pelanggan di Medan tersebut. Operator tersebut langsung
diterima kembali bekerja, sesuai janji sang General Manager.
Dalam peristiwa ini, Agus telah
menyelamatkan tiga pihak. Perusahaan tidak jadi ditutup, si operator yang
bekerja kembali, dan sang pelanggan puas karena telah diperhatikan dengan
serius. Inilah contoh keputusan bijaksana yang berhasil memperhatikan semua
sisi.
Agus menyadari bahwa sebenarnya
manusia suka memaafkan apabila orang sudah mengakui kesalahannya. Ia pun tahu,
pelanggan membutuhkan perhatian, penghormatan, dan penghargaan. Keputusan yang
diambil Agus sangat tepat. Operator bersalah itu harus berani bertanggung
jawab, dan meminta maaf. Perusahaan harus diselamatkan karena menyangkut
ratusan nasib karyawan, dan masa depan operator itu pun tetap diperhatikan.
Inilah contoh
... prinsip berpikir melingkar—99
Thinking Hat—mengingat sifat-sifat Allah (Zikir Amaliah Asmaul Husna) dalam
satu kesatuan pikiran dan tindakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar