SELAMAT DATANG DI DUNIA-DUNIA KEBENARANKU - Dapatkan berita terupdate dan benar di Dunia-DuniaKu :)

Minggu, 16 Maret 2014


INTUISI
“Bahkan manusia akan jadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun ia mengemukakan dalil-dalilnya.”
QS Al-Qiyamah (Hari Kiamat) 75:14-15

Di tengah melonjaknya penjualan sebuah produk unggulan dari PT Prima Bhakti, 
CEO perusahaan tersebut justru mulai menjajaki suatu kerja sama alternatif produk sejenis dengan perusahaan perbankan lainnya. Tidak ada seorang pun dari tim manajemen yang mendukung hal itu. Mereka mengatakan, 
“Untuk apa lagi, bukankah kerja sama dengan perusahaan perbankan ini sudah lancar, lagi pula perusahaan lainnya itu lebih kecil.” 

Sang CEO mengatakan, dirinya harus bersiap-siap menghadapi kondisi bisnis 
yang acapkali tak menentu itu dengan kewaspadaan tinggi. Dorongan suara hati itu kemudian diikutinya, walau bertentangan dengan intuisi direktur marketing yang mengatakan, “Tidak mungkin perusahaan perbankan yang sedang bekerja sama dengan kita ini akan memutuskan kerja sama bisnis kita. Ini proyek yang sangat menguntungkan bagi mereka. Hitung saja setiap pelanggan membayar Rp100.000,- kepada mereka, sedang pelanggan kita telah mencapai 50.000 orang.” Secara logika memang benar, tetapi suara hati sang CEO mengatakan tidak. Tim manajemen tetap mengatakan, “Tidak masuk akal.”
Benar saja, beberapa waktu kemudian, perusahaan perbankan tersebut mengajak rapat mendadak dan menyampaikan bahwa kerja sama terpaksa dihentikan.

Manajemen PT Prima Bhakti terpukul. Mereka sama sekali tidak menyangka hal itu akan terjadi begitu mendadak, namun sang CEO tersenyum karena hal tersebut telah bisa ia rasakan sebelumnya sehingga segala sesuatunya telah ia siapkan secara matang untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Ia berkata, “Saya ingin memberikan pelajaran yang berharga kepada jajaran manajemen, agar mereka tidak hanya menggunakan kecerdasan IQ, tetapi juga intuisi.”
Akhirnya, proses pemindahan dari bank rekanan lama ke yang baru hanya memakan waktu tak lebih dari 14 hari. Semua berjalan lancar kembali, tanpa suatu goncangan yang berarti. Sesuatu telah menyelamatkan perusahaan tersebut, yaitu bisikan suara hati, atau orang sering menamakannya “intuisi bisnis.”
Seorang teman dekat Daniel Goleman berkisah tentang seorang dokter yang ditawari kesempatan usaha. 
Ia bersedia meninggalkan tempat praktiknya untuk menjadi seorang direktur medis di sebuah kawasan kondominium yang berorientasi pada kesehatan. Ia bersedia menginvestasikan US$ 100,000 untuk usaha itu. Keuntungan yang
akan diperolehnya ditaksir sekitar US$ 4 juta setelah tiga tahun. Kesepakatan semacam itulah yang dijanjikan.

Sang dokter tertarik dengan kawasan hunian itu. Di tempat tersebut, orang dapat meningkatkan kesehatan sambil berlibur, ditambah dengan fantastisnya penghasilan yang akan ia peroleh. Setahun kemudian, proyek kawasan peristirahatan itu bangkrut, begitu pula dirinya.
Kini ia mengakui bahwa sejak awal, ia memang telah merasakan firasat akan sesuatu yang tidak beres dalam penawaran tersebut. Proyeksi yang diajukan dalam rencana bisnis itu terlalu muluk. Suara hati sering kali membisikkan dan membimbing apa yang dirasa benar dan apa yang dirasa salah di masa sekarang yang akhirnya benar-benar terbukti di masa akan datang.

Dari Wabishsh bin Ma’bad berkata, “Aku datang kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda, Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.”
HR Ahmad dan Ad-Darimi
“Katakanlah, ‘Masing-masing orang bertindak sesuai dengan kebiasaannya, tapi Tuhanmu mengetahui benar siapa yang paling terpimpin jalannya’.”

QS Al-Israa’ (Perjalanan Malam Hari) 17:84

Tidak ada komentar:

Posting Komentar